Kamis, 04 Juli 2013

Hidup Sebatangkara, 2 Nenek Terkucil di Hutan Berharap dapat BLSM


Dua nenek lansia yang hidup sebatangkara di hutan selama bertahun-tahun ini berharap namanya tercantum sebagai penerima BLSM. Meski nilainya hanya Rp 150 ribu perbulan, namun bagi warga miskin seperti kedua nenek yang sudah tidak produktif lagi/ berharap bantuan sosial tersebut bisa diterima untuk meringankan beban hidupnya. Hidup tergantung dari belas kasihan warga yang bersimpati dengan kehidupan mereka yang miris/ membuat bantuan blsm sangat berarti bagi kedua lansia ini.


Kanne kindo (90), nenek yang hidup sebatangkara di tengah hutan yang jauh dari pemukiman penduduk di desa Luyo kecamatan Luyo Polewlai mandar ini berharap, bantuan langsung sementara masyarakat (blsm) yang sedang diferivikasi di setiap desa dan dusun ini bisa diterima seperti warga miskin lainnya.

Maklum nenek yang hidup di gubuk berukuran 1,5x2 meter ini sudah belasan tahun tak bisa meninggalkan tempatnya. Jangankan bekerja menggarap kebun, menyiapkan keperluannya saja seperti membeli beras atau mie isntan untuk emnyambung hidupnya tak bisa dilakukan sendirian. Kanne yang berharap sepenuhnya pada warga di desanya ini kerap harus berpuasa berhari-hari atau tidak minum jika kebetulan persiapan makanan dan air minum pemberian warga habis, dan tak ada warga yang bisa diminta pertolongan.

Meski pendataan warga miskin belum dilakukan di tempatnya, namun kanne berharap bantuan blsm senilai Rp 150 ribu bagi warga seperti dirinya sangatlah berarti. Maklum sejak belasan tahun kanne sudah tak bisa bekerja dan meninggalkan gubuknya karena lumpuh. Seluruh hidupnya tergantung pada be;as kasihan orang lain di sekitarnya.

Nasib yang tidak jauh berbeda juga dialami kanne baha. Lansia 95 tahun yang tinggal dihutan di dusun mampie desa Galeso kecamatan Wonomulyo Polewlai mandar ini terpaksa masih harus bekerja menggarap kebun ubi dan singkong untuk bisa menyambung hidup Seperti kanne kindo, Kanne baha yang hidup sebatangkara sejak belasan tahun, karena tak punya sanak keluarga ini hanya berharap dari belas kasihan warga dan para dermawan yang bersimpati dengan kehidupannya.

Jika persedian beras atau makanan pemberian orang lain sudah habis, Kanne Baha kerap hanya makan ubi dan singkong di kebun miliknya. Kanne baha sudah puluhantahun tak bisa bepergian. Untuk membeli persediana beras atau makanan jika ada warga atau dermawan yang menyumbang. Kanne baha hanya minta tolong kepada warga yang kebetulan lewat di sekitar rumahnya.

Meski nilanya tak seberapa bagi ukuran mereka yang berkecukupan, namun bantuan uang senilai Rp 150 ribu per bulan bagi warga miskin seperti kanne baha sudah cukup membantu untuk menyambung biaya hidup mereka yang selama ini memang hanya berharap pada belas kasihan warga.

Meski pembagian kartu jaminan sosial belum dibagikan di tempatnya namun kanne baha berharap namanya bisa tercantum sebagai daftar penerima bantuan blsm. Dengan bantuan tersebut kanne baha berharap ia bisa membeli kebutuhan beras, garam lauk pauk untuk kebutuhan sebulan.

Baik Kanne Kindo maupun Kanne Baha berharap pendataan warga miskin yang tengah dilakukan pemerintah tidak lupa mencantumkan namanya sebagai salah satu daftar penerima bantuan sosial dari pemerintah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar