Dua nenek lansia yang hidup sebatangkara di hutan selama bertahun-tahun ini berharap namanya tercantum sebagai penerima BLSM. Meski nilainya hanya Rp 150 ribu perbulan, namun bagi warga miskin seperti kedua nenek yang sudah tidak produktif lagi/ berharap bantuan sosial tersebut bisa diterima untuk meringankan beban hidupnya. Hidup tergantung dari belas kasihan warga yang bersimpati dengan kehidupan mereka yang miris/ membuat bantuan blsm sangat berarti bagi kedua lansia ini.
Kanne kindo
(90), nenek yang hidup sebatangkara di tengah hutan yang jauh dari pemukiman
penduduk di desa Luyo kecamatan Luyo Polewlai mandar ini berharap, bantuan
langsung sementara masyarakat (blsm) yang sedang diferivikasi di setiap desa
dan dusun ini bisa diterima seperti warga miskin lainnya.
Maklum
nenek yang hidup di gubuk berukuran 1,5x2 meter ini sudah belasan tahun tak
bisa meninggalkan tempatnya. Jangankan bekerja menggarap kebun, menyiapkan
keperluannya saja seperti membeli beras atau mie isntan untuk emnyambung
hidupnya tak bisa dilakukan sendirian. Kanne yang berharap sepenuhnya pada
warga di desanya ini kerap harus berpuasa berhari-hari atau tidak minum jika
kebetulan persiapan makanan dan air minum pemberian warga habis, dan tak ada
warga yang bisa diminta pertolongan.
Meski
pendataan warga miskin belum dilakukan di tempatnya, namun kanne berharap
bantuan blsm senilai Rp 150 ribu bagi warga seperti dirinya sangatlah berarti.
Maklum sejak belasan tahun kanne sudah tak bisa bekerja dan meninggalkan
gubuknya karena lumpuh. Seluruh hidupnya tergantung pada be;as kasihan orang
lain di sekitarnya.
Nasib yang
tidak jauh berbeda juga dialami kanne baha. Lansia 95 tahun yang tinggal
dihutan di dusun mampie desa Galeso kecamatan Wonomulyo Polewlai mandar ini
terpaksa masih harus bekerja menggarap kebun ubi dan singkong untuk bisa
menyambung hidup Seperti kanne kindo, Kanne baha yang hidup sebatangkara sejak
belasan tahun, karena tak punya sanak keluarga ini hanya berharap dari belas
kasihan warga dan para dermawan yang bersimpati dengan kehidupannya.
Jika
persedian beras atau makanan pemberian orang lain sudah habis, Kanne Baha kerap
hanya makan ubi dan singkong di kebun miliknya. Kanne baha sudah puluhantahun
tak bisa bepergian. Untuk membeli persediana beras atau makanan jika ada warga
atau dermawan yang menyumbang. Kanne baha hanya minta tolong kepada warga yang
kebetulan lewat di sekitar rumahnya.
Meski
nilanya tak seberapa bagi ukuran mereka yang berkecukupan, namun bantuan uang
senilai Rp 150 ribu per bulan bagi warga miskin seperti kanne baha sudah cukup
membantu untuk menyambung biaya hidup mereka yang selama ini memang hanya
berharap pada belas kasihan warga.
Meski
pembagian kartu jaminan sosial belum dibagikan di tempatnya namun kanne baha
berharap namanya bisa tercantum sebagai daftar penerima bantuan blsm. Dengan
bantuan tersebut kanne baha berharap ia bisa membeli kebutuhan beras, garam
lauk pauk untuk kebutuhan sebulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar